Mendidik Generasi Digital: Antara Kenyataan dan Ekspektasi Ideal

Di era digital ini, konsep parenting seringkali dihadapkan pada standar yang terasa begitu tinggi, bahkan nyaris mustahil untuk dicapai. Berbagai informasi dan tips mengenai pola asuh “ideal” membanjiri lini masa, mulai dari keharusan anak untuk mahir berbagai keterampilan di usia dini, hingga tekanan untuk selalu menghabiskan waktu berkualitas yang terencana dengan sempurna. Namun, benarkah parenting harus sesempurna itu, terutama bagi generasi digital yang tumbuh dengan paparan teknologi yang tak terhindarkan?

Artikel “Untungnya Parenting bagi Generasi Digital Tak Harus Ideal” yang dimuat di Detik.com mencoba mengurai perspektif yang lebih realistis dan membumi. Penulis artikel tersebut, Muhammad Fakhry Affan, menyoroti bahwa di tengah hiruk pikuk ekspektasi ini, ada keuntungan besar jika orang tua mampu melepaskan diri dari bayangan kesempurnaan.


Memahami Tantangan dan Peluang Parenting di Era Digital

Generasi yang lahir dan tumbuh di tengah dominasi teknologi digital memiliki karakteristik yang unik. Mereka adalah generasi digital natif, yang akrab dengan gawai, internet, dan media sosial sejak usia sangat muda. Hal ini tentu membawa tantangan tersendiri bagi orang tua, mulai dari kekhawatiran akan adiksi, paparan konten yang tidak sesuai, hingga masalah interaksi sosial di dunia nyata.

Namun, di balik tantangan tersebut, ada pula peluang besar yang bisa dimanfaatkan. Teknologi, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi alat yang mendukung proses belajar, kreativitas, dan bahkan mempererat hubungan keluarga. Misalnya, aplikasi edukatif, platform pembelajaran online, atau bahkan permainan interaktif yang dimainkan bersama bisa menjadi sarana untuk membangun ikatan dan mengembangkan potensi anak.


Keuntungan Melepaskan Diri dari Parenting “Ideal” yang Menyesakkan

Fakhry Affan dalam tulisannya menekankan bahwa membebaskan diri dari belenggu parenting yang “harus ideal” justru membawa banyak manfaat, antara lain:

  • Mengurangi Stres dan Tekanan Orang Tua: Ekspektasi yang terlalu tinggi seringkali memicu stres dan rasa bersalah pada orang tua ketika merasa tidak mampu memenuhi standar tersebut. Dengan lebih realistis, orang tua bisa lebih menikmati proses pengasuhan tanpa beban yang berlebihan.
  • Membangun Hubungan yang Lebih Otentik: Ketika fokus tidak lagi pada pencapaian ideal semata, orang tua bisa lebih hadir secara emosional dan membangun hubungan yang lebih jujur dan otentik dengan anak. Hubungan yang dilandasi kasih sayang dan penerimaan tanpa syarat akan jauh lebih berharga daripada serangkaian aktivitas terencana yang sempurna.
  • Mendorong Kemandirian dan Resiliensi Anak: Membiarkan anak mengalami kegagalan atau tidak selalu mendapatkan yang terbaik adalah bagian dari proses belajar. Ini membantu anak mengembangkan kemandirian, kemampuan memecahkan masalah, dan resiliensi atau daya lenting dalam menghadapi tantangan hidup.
  • Adaptasi Fleksibel terhadap Perubahan: Dunia digital terus berkembang. Standar parenting yang kaku akan sulit beradaptasi dengan perubahan ini. Pola asuh yang lebih fleksibel dan realistis memungkinkan orang tua untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan digital.

Intinya, Parenting adalah Perjalanan, Bukan Tujuan Akhir

Pesan utama dari artikel ini adalah bahwa parenting bukanlah perlombaan atau serangkaian daftar periksa yang harus dipenuhi untuk mencapai kesempurnaan. Sebaliknya, parenting adalah sebuah perjalanan panjang yang dinamis, penuh dengan pembelajaran, adaptasi, dan tentu saja, ketidaksempurnaan. Bagi generasi digital, yang terpenting adalah bagaimana orang tua bisa menjadi panduan, memberikan dukungan, dan menciptakan lingkungan yang aman serta penuh kasih, meskipun tidak selalu “ideal” menurut standar umum.

Sumber:

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Komunitas Jejak Forensik

Pintu Masuk Dunia Psikologi Forensik Ada di Grup WA Ini. Siap Gabung?
Latest News
Categories

Jangan Diam !

Jika kamu mengalami atau melihat kasus yang berkaitan dengan kekerasan, pelecehan, perundungan, atau masalah psikologis lainnya—jangan simpan sendiri.